QISHOS
Umar merupakan pengusaha limbah, dalam artian berdagang limbah/waste dari suatu pabrik. Umar biasa mendapatkan limbah/waste dari Pabrik Jiton. Setiap akhir bulan Umar datang ke Pabrik Jiton untuk mengambil limbah. Tapi alangkah terkejutnya ketika akan mengambil limbah ternyata sudah di ambil oleh Bakar. Terbakarlah amarah Umar, sehingga timbul dendam di hatinya kepada Bakar. Satu minggu kemudian, ketika berjalan di suatu pertokoan mampirlah Umar di Coffe Shop "Ngupi" kebetulan di sana sudah ada Bakar yang sedang duduk menikmati kopi luwak pesanannya. Melihat Bakar, amarah Umar memuncak ia kemudian mengambil sebilah kayu kemudian dipukullah tangan Bakar sampai patah. Bakar meringis kesakitan, "rasain luh, makanya jangan suka ngambil jatah orang!" maki Umar kepada Bakar. Setelah puas memukul dan memaki Umar pun pergi dari tempat itu.
Tinggallah Bakar terkapar. Sendirian ia tertatih pulang, sesampainya di rumah ia mengadukan peristiwa yang baru saja dialaminya kepada Ali, bapaknya. Mendengar anak satu-satunya dianiaya oleh Umar, Ali naik pitam namun masih dapat diredam oleh Bakar. Tadinya Ali ingin melabrak Bakar ke rumahnya, namun dicegah oleh Umar, dari pada menembah gawat urusan, lebih baik lapor saja ke Qodhi, dengan kata lain diserahkan ke jalur hukum. Menurut hukum Islam, seseorang dapat menuntut balas atas sebuah kekerasan yang dialaminya berdasarkan hukum qishos. Maka melaporlah Ali ke Qodhi Adli, dia jelaskan kronologis kejadian yang telah menimpa Bakar, anaknya. Setelah menerima laporan Ali, Qodhi Adli kemudian memanggil Umar untuk meminta penjelasan atas laporan Ali. Diinterogasi-lah Umar oleh Qodhi Adli.
"Saudara Umar, menurut laporan Bapak Ali, saudara telah memukul anaknya yang bernama Bakar dengan sebilah kayu sehingga menyebabkan tangan kanannya patah, benar begitu ?" kata Qodhi Adli.
"Benar Tuan Qodhi, jika ditanya apakah saya memukul Umar atau tidak, jawabannya adalah benar Tuan Qodhi. (Berhubung Umar pernah mengaji bahkan sempat mencicipi tidur di kobong selama 3 tahun dia mengetahui kaidah qishos, yaitu tidak akan dikenai hukuman apabila (sebagai contoh) memukul di bagian tubuh yang cacat. Umar mendapatkan info bahwa tangan sebelah kanan Bakar mengalami cacat akibat penyakit stroke dari Ahmad Muhamad) tapi saya khan memukul tangan sebelah kanan yang memang cacat akibat stoke Tuan Qodhi." jawab Umar
"Kamu mengetahui bahwa tangan sebelah kanan Umar cacat karena stroke dari mana ?" tanya Qodhi Adli
"Begini Tuan Qodhi, saya diberitahu oleh teman saya, Ahmad Muhamad kalau tangan sebelah kanan Umar menjadi cacat karena lama menderita stroke." ujar Umar
"Interupsi Tuan Qodhi, saya sangat tersinggung dan keberatan atas pernyataan Umar, saya sebagai orangtuanya tahu persis bahwa Bakar itu sehat wal afiat. Bahkan semenjak berkecimpung di dunia perlimbahan badan anak saya terlihat lebih gemuk dari biasanya. Jadi alibi Umar hanyalah rekayasa belaka untuk menghindari hukuman qishos Tuan Qodhi." sahut Ali dengan nada emosi
"Baiklah kalau begitu, jika tidak dihadirkan Ahmad Muhamad di persidangan ini kalian pasti akan bertengkar dan masing-masing pasti ingin memenangkan argumennya. Baiklah sidang ditunda hingga minggu depan untuk menghadirkan Ahmad Muhamad."pungkas Qodhi Adli.
Singkat cerita Ahmad Muhamad pun dihadirkan di persidangan. Dia dikonfrontir dengan Umar atas pernyataannya kepada Umar bahwa tangan sebelah kanan Bakar mengalami cacat akibat stroke. Ahmad Muhamad menjelaskan kepada Qodhi Adli bahwa dia hanya bermaksud bercanda ketika menyampaikan pernyataan tersebut kepada Umar. Akhirnya karena tidak terbukti bahwa tangan kanan Bakar cacat karena stroke, Qodhi memutuskan bahwa Umar harus mempertanggungjawabkan perbuatannya terhadap Bakar
dengan hukum Qishos, yaitu dibalas dengan setimpal sesuai dengan perbuatannya terhadap Bakar.
Wallahu A'lam Bisshowaab
Kamis, 31 Januari 2013
Ziarah #1 @2013,13,Januari
Diposting oleh Kisah Tak Berujung di 02.14 0 komentar
Rabu, 30 Mei 2012
MANADO (Day 1)
Kami berangkat dari dari Tangerang bertiga. Dengan menumpang L*** Air, setelah menunggu kurang lebih satu jam, pada pukul 7.55 WIB pesawat yang membawa kami pun take off. Di dalam penerbangan yang memakan waktu lebih kurang tiga jam kami cukup menikmati penerbangan transit di Bandara Hasanudin - Makasar. Menempati seat di sayap kanan pesawat dekat pintu darurat, flight attendance menjelaskan kewajiban kami membantu mereka apabila terjadi keadaan darurat, salah satunya adalah membuka pintu darurat yang berada di sebelah kanan kami. Bedanya terbang bersama G***da dengan Singa Udara adalah tidak adanya snack gratis selama tiga jam penerbangan, tetapi snack dijual terpisah.
Bandara Hasanudin - Makassar
Sekitar pukul sebelah WITA kami tiba di Bandara Hassanudin, awak kabin pesawat memberitahukan kepada para penumpang bahwa ada perbedaan waktu antara Jakarta dan Makassar, yaitu selisih satu jam. Sebagai penumpang transit kami diharuskan untuk 'mendaftar ulang' kepada petugas. Menunggu waktu, kami memesan kopi dan makanan di Kedai Kopi. Salah satu rekan kami, bertemu dengan kawan lamanya di Bandara Soekarno Hatta, dengan tujuan perjalanan yang sama dan kebetulan di pesawat yang sama. Mengalirlah obrolan diantara kawan lama yang baru bertemu kembali.
Sam Ratulangi - Manado
Puas menikmati kopi dan 'sohib'nya, terdengar pengumuman dari petugas bandara, bahwa pesawat menuju Manado akan segera berangkat, penumpang di harapkan segera menuju pesawat. Dengan segera kami menuju ke sana. Pada penerbangan lanjutan dengan pesawat yang sama dari Soekarno - Hatta, kami ditempatkan di row paling belakang di sebelah kiri. Rekan kami yang pada penerbangan menuju Makassar mendapat seat yang cukup nyaman, kali ini cukup tersiksa. Bertubuh agak tambun, dia kesulitan untuk duduk secara nyaman, bahkan sebelumnya sempat bersitegang dengan penumpang lain karena duduk tidak di tempat yang seharusnya. Satu jam perjalanan di tempuh di langit pulau Sulawesi. Menembus awan berarak, terasa diri ini sangat kecil dibandingkan dengan kekuasaan-Nya, sempat deg degan juga ketika pesawat melewati awan karena mengalami turbulance, pesawat seperti bergoyang, walaupun tidak begitu keras, tetapi sempat membuat ciut nyali ditambah lagi deru mesin pesawat yang sangat jelas terdengar persis di belakang kami. Akhirnya kami mendarat dengan selamat di Sam Ratulangi.
Hotel Arya Duta
Menginjakkan kaki di bumi Kawanua, mendung menggelayut di langit kota Manado, walaupun ketika masih di dalam pesawat, tidak terlihat awan hitam. Cuaca cukup dingin ketika kami memasuki bandara. Memakan waktu 20 menit, kami kecewa dengan penanganan bagasi di Bandara Sam Ratulangi, kunci travel bag salah seorang rekan kami pecah sehingga ia kesulitan untuk membuka travel bag nya. Menuju Arya Duta, hotel tempat kami menginap 5 hari ke depan, kami menyetop taksi bandara. Wangi dan full musik, itulah kesan pertama kami ketika memasuki taksi, ditemani musik lokal Manado, sang pengemudi menjelaskan keadaan kota Manado. Sampailah kami di Arya Duta, kami belum bisa masuk kamar hotel untuk beristirahat melepas lelah, dikarenakan rekan kami dari Bagian Pemerintahan tidak ada di hotel, begitu sampai kota Manado dia tidak langsung check in dulu tetapi mereka memilih untuk berkeliling kota mencari makanan. Suasana hujan menambah kekesalan kami menunggu mereka di beranda hotel. Akhirnya setelah berkoordinasi dengan pihak hotel, kami pun dipersilakan naik ke lantai 7 untuk menempati kamar yang telah kami booking.
Manado Boulevard
Setelah beristirahat sejenak, kami bertiga memutuskan untuk mengisi perut yang sudah dari tadi keroncongan. Walaupun hujan masih turun rintik-rintik, tidak menyurutkan langkah kami ke restoran cepat saji di tepi pantai, bersebelahan dengan lokasi pameran dimana kami akan bertugas selama 5 hari. Memesan tiga porsi paket menu ayam kami mendapatkan bonus satu paket, kami makan dengan lahapnya. Ditemani sepoi-sepoi angin pantai dan canda tawa ABG kota Manado yang sedang hang out dengan teman sebayanya, kami menikmati sore hari di bumi Kawanua. Selepas itu kami menuju Lapangan Mega Mas, venue dari City Expo 2012 untuk melaksanakan tugas negara, terutama mengecek tempat dimana kami akan menaruh perlengkapan yang kami bawa dari Tangerang.
Soto Lamongan @ Manado
Air hangat mengalir melemaskan otot-otot kami yang lelah dengan perjalanan 5 jam dari Tangerang ke Manado. Jam menunjukan pukul 19.30 WITA saatnya jalan-jalan malam sambil mencari makanan. Ternyata Manado tidak seramai yang kami bayangkan. Kami hanya mengitari boulevard yang menjadi landmark Kota Manado selebihnya belum ada yang istimewa dari kota ini. Perut kami sudah minta diisi kembali, sedangkan kami kesulitan menemukan menu yang tepat, akhirnya warung sate Lamongan menjadi pilihan. Lelah berjalan-jalan kami memutuskan kembali ke hotel untuk beristirahat.
Diposting oleh Kisah Tak Berujung di 19.02 0 komentar
Rabu, 15 Februari 2012
DURIAN : KING OF FRUIT
Sumber :
wikipedia.org
http://penyuluhthl.wordpress.com
Dari berbagai macam/jenis buah-buahan, durian adalah buah yang kontroversial. Di satu sisi dia banyak digemari, di sisi lain banyak juga orang yang mencium baunya pun merasa mual.
Durian banyak tumbuh di Asia Tenggara mempunyai nama latin Durio Zubethinus. Berdasarkan topografi/lokasi, durian ada beberapa jenis, diantaranya : durian parung, durian lampung, durian jepara, durian palembang, dan durian padang.
Selain dimakan langsung daging buahnya, durian dapat juga diolah menjadi beragam jenis makanan, yaitu :
1. Tepung Durian, cara membuatnya : kupas durian dan keluarkan daging buahnya kemudian tempatkan durian pada wadah anti lengket lalu dikeringkan pada oven, atau jika tidak ada oven bisa dijemur langsung dengan sinar matahari, setelah itu daging buah durian yang telah kering digiling sampai halus kemudian diayak setelah itu kemas dengan kantong plastik.
2. Jelly Durian, cara membuatnya : kupas durian kemudian ambil isinya sebanyak 200 gram lalu blender sampai halus. Aduk 500 gram gula pasir dengan 25 gram tepung jeli dan 5 gram garam. Campurkan semua bahan dan masak dengan 2,5 liter air bersih sampai mendidih (selama memasak, lakukan pengadukan). Setelah masak bahan dikemas dengan menggunakan kantong plastik atau cup plastik. Lakukan pasteurisasi degan cara merebus cup palstik dengan suhu 80 derajat celcius selama 10 menit.
3. Lempok Durian, cara membuatnya : kupas durian dan ambil daging buahnya (2 kg) kemudian masukkan ke dalam kuali bersama dengan santan kental (dari 1 buah kelapa), gula pasir (400 gram), gula merah (100 gram), vanili (5 gram), dan daun pandan sebanyak 2 lembar. Masak dengan api sedang kemudian terus diaduk, selama diaduk masukkan tepung maizena sebanyak 50 gram. Masak hingga bahan tidak lagi lengket pada kuali. Setelah selesai pemasakan adonin didinginkan kemudian dicetak sesuai dengan keinginan.
Diposting oleh Kisah Tak Berujung di 20.09 0 komentar
Kamis, 09 Februari 2012
FOLLOW
sleep away the dream, my dream
everything will flow and glow
whispering into the night, hesitate under the light
nothing lost nothing gain, love is just lullaby
Diposting oleh Kisah Tak Berujung di 20.08 0 komentar
Selasa, 31 Januari 2012
PUTRA SANG FAJAR DAN PARA ULAMA
Berikut ini adalah kisah dan cerita tentang hubunngan antara founding father of Indonesia, Soekarno dengan para ulama, dimana beliau dalam perjalanan hidupnya selalu terkait erat dengan para ulama, terlepas dari segala kontroversi dan image negatif yang sengaja disebarkan untuk menjelek-jelekan namanya, Soekarno tetap berkesan di mata para ulama, karena beliau-lah Presiden RI yang selalu meminta petuah para ulama ketika akan memutuskan suatu masalah. Berikut ini kisah-kisahnya.
Sukarno dan mati senyum
Pencarian Bung Karno dan mati tersenyum
(Dialog Bung Karno dengan ulama sufi Syekh Kadirun Yahya)
Suatu hari, pada sekitar bulan Juli 1965, Bung Karno berdialog dengan Kadirun Yahya, anggota dewan kurator seksi ilmiah Universitas Sumatra Utara (USU).
Bung Karno (BK): Saya bertanya-tanya pada semua ulama dan para intelektual yang saya anggap tahu, tapi semua jawaban tidak ada yang memuaskan saya, en jij bent ulama, tegelijk intellectueel van de exacta en metaphysica-man.
Kadirun Yahya (KY): Apa soalnya Bapak Presiden?
BK: Saya bertanya lebih dahulu tentang hal lain, sebelum saya memajukan pertanyaan yang sebenarnya. Manakah yang lebih tinggi, presidentschap atau generaalschap atau professorschap dibandingkan dengan surga-schap?
KY: Surga-schap. Untuk menjadi presiden, atau profesor harus berpuluh-puluh tahun berkorban dan mengabdi pada nusa dan bangsa, atau ilmu pengetahuan, sedangkan untuk mendapatkan surga harus berkorban untuk Allah segala-galanya berpuluh-puluh tahun, bahkan menurut Hindu atau Budha harus beribu-ribu kali hidup baru dapat masuk nirwana.
BK: Accord, Nu heb ik je te pakken Proffesor (sekarang baru dapat kutangkap Engkau, Profesor.) Sebelum saya ajukan pertanyaan pokok, saya cerita sedikit: Saya telah banyak melihat teman-teman saya matinya jelek karena banyak dosanya, saya pun banyak dosanya dan saya takut mati jelek. Maka saya selidiki Quran dan hadist. Bagaimana caranya supaya dengan mudah menghapus dosa saya dan dapat ampunan dan mati senyum; dan saya ketemu satu hadist yang bagi saya sangat berharga.
Bunyinya kira-kira begini: Seorang wanita pelacur penuh dosa berjalan di padang pasir, bertemu dengan seekor anjing yang kehausan. Wanita tadi mengambil segayung air dan memberi anjing yang kehausan itu minum. Rasulullah lewat dan berkata, “Hai para sahabatku, lihatlah, dengan memberi minum anjing itu, terhapus dosa wanita itu di dunia dan akhirat dan ia ahli surga!!! Profesor, tadi engkau katakan bahwa untuk mendapatkan surga harus berkorban segala-galanya, berpuluh tahun itu pun barangkali. Sekarang seorang wanita yang banyak berdosa hanya dengan sedikit saja jasa, itu pun pada seekor anjing, dihapuskan Tuhan dosanya dan ia ahli surga. How do you explain it Professor? Waar zit‘t geheim?
Kadirun Yahya hening sejenak lalu berdiri meminta kertas.
KY: Presiden, U zei, dat U in 10 jaren’t antwoor neit hebt kunnen vinden, laten we zein (Presiden, tadi Bapak katakan dalam 10 tahun tak ketemu jawabannya, mari kita lihat), mudah-mudahan dengan bantuan Allah dalam dua menit, saya dapat memberikan jawaban yang memuaskan.
Bung karno adalah seorang insinyur dan Kadirun Yahya adalah ahli kimia/fisika, jadi bahasa mereka sama: eksakta.
KY menulis dikertas:10/10 = 1.
BK menjawab: Ya.
KY: 10/100 = 1/10.
BK: Ya.
KY: 10/1000 = 1/100.
BK: Ya.
KY: 10/bilangan tak berhingga = 0.
BK: Ya.
KY: 1000000/ bilangan tak berhingga = 0.
BK: Ya.
KY: Berapa saja ditambah apa saja dibagi sesuatu tak berhingga samadengan 0.
BK: Ya.
KY: Dosa dibagi sesuatu tak berhingga sama dengan 0.
BK: Ya.
KY: Nah…, 1 x bilangan tak berhingga = bilangan tak berhingga. 1/2 x bilangan tak berhingga = bilangan tak berhingga. 1 zarah x bilangan tak berhingga = tak berhingga. Perlu diingat bahwa Allah adalah Mahatakberhingga. Sehingga, sang wanita walaupun hanya 1 zarah jasanya, bahkan terhadap seekor anjing sekali pun, mengkaitkan, menggandengkan gerakkannya dengan Yang Mahaakbar, mengikutsertakan Yang Mahabesar dalam gerakkannya, maka hasil dari gerakkannya itu menghasikan ibadat paling besar, yang langsung dihadapkan pada dosanya yang banyak, maka pada saat itu pula dosanya hancur berkeping keping. Hal ini dijelaskan sebagai berikut: (1 zarah x tak berhingga)/dosa = tak berhingga.
BK diam sejenak lalu bertanya: Bagaimana ia dapat hubungan dengan Sang Tuhan?
KY: Dengan mendapatkan frekuensinya. Tanpa mendapatkan frekuensinya tidak mungkin ada kontak dengan Tuhan. Lihat saja, walaupun 1mm jaraknya dari sebuah zender radio, kita letakkan radio kita dengan frekuensi yang tidak sama, radio kita tidak akan mengeluarkan suara dari zender tersebut. Begitu juga, walaupun Tuhan dikabarkan berada lebih dekat dari kedua urat leher kita, tidak mungkin kontak jika frekuensinya tidak sama.
BK berdiri dan berucap: Professor, you are marvelous, you are wonderful, enourmous. Kemudian dia merangkul KY dan berkata: Profesor, doakan saya supaya saya dapat mati dengan senyum di belakang hari.
Beberapa tahun kemudian, Bung karno meninggal dunia. Resensi-resensi harian-harian dan majalah-majalah ibukota yang mengkover kepergian beliau, selalu memberitakan bahwa beliau dalam keadaan senyum ketika menutup mata untuk selama-lamanya.
Catatan:
Nama lengkap yang berdialong dengan Bung Karno adalah Prof. Dr.H.SS. Kadirun Yahya MA, Msc, Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi Medan, Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah. Uraian tentang riwayat beliau pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/10/09/syekh-kadirun-yahya/
sumber : mutiarazuhud.wordpress.com
Seri Akhlaq Orang NU – BUNG KARNO DAN FATHUL QORIB
Setelah beberapa kali diadakan perundingan untuk menyelesaikan masalah Irian Barat dan selalu gagal, Bung Karno menghubungi KH Wahab Hasbullah (Rais ‘Aam Nahdlatul Ulama) di Jombang. Bung Karno menanyakan bagaimana hukumnya orang-orang Belanda yang masih bercokol di Irian Barat.
“Apa artinya ghoshob, Kiai?” Tanya Bung Karno.
“Ghoshob itu istihqaqu malil ghair bi ghairi idznihi; menguasai hak milik orang lain tanpa ijin,” terang Kiai Wahab.
“Lalu bagaimana solusi menghadapi orang yang ghoshob?” Tanya Bung Karno lagi.
“Adakan perdamaian,” tegas Kiai Wahab.
Lalu Bung Karno bertanya lagi, “Menurut insting Kiai, apakah jika diadakan perundingan damai akan berhasil?”
“Tidak,” jawab Kiai Wahab.
“Lalu, kenapa kita tidak potong kompas saja, Kiai?” Tanya Bung Karno sedikit memancing.
“Tak boleh potong kompas dalam syari’ah.” Kata Kiai Wahab.
Selanjutnya, Bung Karno mengutus Soebandrio mengadakan perundingan yang terakhir kali dengan Belanda untuk menyelesaikan konflik Irian Barat. Perundingan ini akhirnya gagal. Kegagalan ini disampaikan Bung Karno kepada Kiai Wahab.
“Kiai, apa solusi selanjutnya menyelesaikan masalah Irian Barat?”
“Akhodzahu Qohron! Ambil, kuasai dengan paksa!” jawab Kiai Wahab tegas.
“Sebenarnya, apa rujukan Kiai untuk memutuskan masalah ini?”
“Saya mengambil literatur kitab Fathul Qorib dan syarahnya (Al-Bayjuri).”
Setelah itu, barulah Bung Karno membentuk barisan Trikora (Tiga Komando Rakyat) untuk diberangkatkan merebut Irian Barat.
Kita bisa membayangkan, jika Fathul Qorib dan Al-Bayjuri yang notabene merupakan kitab fikih dasar di pesantren dan madrasah diniyyah, bisa dikontekstualisasikan untuk menyelesaikan masalah internasional seperti kasus Irian Barat, bagaimana dengan kitab-kitab lain yang level pembahasannya lebih tinggi, kompleks dan mendalam?
OOOOOOOOO
Saya jadi teringat, pernah suatu hari, di sudut masjid kota Jakarta, saya berbincang dengan seseorang yang sudah berhasil menghapal separuh kitab suci Al-Quran dengan otodidak. Subhanallah. Luar biasa.
Beliau mengatakan,
“Dulu, ketika saya masih kecil di kampung, tiap sore saya masuk madrasah, mempelajari kitab kuning. Namun kini, saya sadar, semua itu sungguh membuang waktu, kenapa tidak langsung kita mengkaji Al-Quran dan Hadits? Bukankah sumber hukum kita adalah Al-Quran dan Hadits? Mengapa harus memakai sumber hukum dari kitab kuning itu?”
Saya hanya manggut-manggut mendengarkannya dan hanya mampu bergumam dalam hati,
“Kalau panjenengan mau memahami kajian-kajian dalam kitab-kitab kuning itu dengan baik, dan mau melanjutkan ke jenjang kitab yang lebih dalam pembahasannya, saya yakin, penjenengan akan sadar bahwa merujuk kitab kuning pada esensinya juga merujuk kepada al-Quran dan Hadits. Sebab, kitab kuning adalah pengejawantahan konsep-konsep dari dalam Al-Quran dan Hadits Rasulillah yang digali lantas dituangkan oleh Ulama Salaf yang mengarang kitab itu.
Nah, kenapa kitab-kitab aqidah maupun fiqh yang dasar seperti Aqidatul ‘Awwam, Jawahirul Kalamiyyah, Safinatun Najah, Sullamut Taufiq, maupun kitab adab dasar seperti Bidayatul Hidayah terlihat sangat tipis tanpa ada dalil lengkap dari ayat Al-Quran dan Hadits Nabi di dalamnya? Ya supaya memudahkan kita-kita ini yang pemula. Lha kalo panjenengan mau lanjutin ke kitab yang lebih lengkap dan mencantumkan dasar pengambilan hukumnya… Ya musti lewatin dulu kitab-kitab dasar itu… dan musti punya guru yang membimbing.”
Haaaah, namun argumentasi saya itu hanya tersuarakan dalam dada. Karena saya tahu betul, lawan bicara saya ini mengatakan hal itu bukan untuk ‘menggali kebenaran’ secara ilmiah, tetapi hanya untuk sekedar menumpahkan unek-uneknya.
Dan saya juga khawatir, kalau saya kebanyakan ngomong tentang agama, apalagi tentang kitab-kitab fiqh salaf lengkap dengan keluasan ilmu para mujtahid terdahulu, nanti malah beliau bertanya,
“Memangnya kamu sudah hapal berapa juz dari Al-Quran?”
Pasti saya hanya bisa tersipu malu :”)
sumber : ngopibarengsantri.wordpress.com
Ber-Nuzulul Qur’an Bersama Bung Karno
Bagian kedua dari dua tulisan
Oleh Faiz Manshur
Terlepas dari faktor-faktor politik, Al-Qur’an bagi seorang Soekarno adalah kitab suci yang sakral. Apakah bagi seorang yang menyakralkan sesuatu (Al-Qur’an) seperti Bung Karno lantas menjadi seorang Muslim yang dogmatis?
Diposting oleh Kisah Tak Berujung di 19.42 0 komentar
Minggu, 29 Januari 2012
3 Manusia Istimewa Indonesia : Kyai Hasyim-Soekarno-Hatta
From: zaky akhmad <dzaky_a@...>
To: TL_UII@yahoogroups.com
Sent: Sunday, December 31, 2006 4:28:41 PM
Subject: [TL_UII] Renungan akhir tahun feat: Soekarno, Hatta, dan Kyai hasyim
Kemarin sore saya sowan ke tiga tokoh nasional yang Semoga Tuhan Mengasihi ke tiganya, atas kesalehan yang mereka amalkan. Saya bertemu ketiganya di hotel Soekarno Foundings Father of Indonesia 1901-1945 yang di bangun Bob Hearing tahun 2003, ditemani lagu OST nya berbagi suami VS kroncong pasar barunya Chrisye ketiganya dengan ramah berbicara kepada saya.
Secangkir teh hangat..mengiringi saya masuk kedalam pembicaraan yang santai (walaupun hati kecil saya ciut karena saya bukan apa2 dibanding mereka, atas kontribusi yang mereka berikan pada pada bangsa ini). Tema pembicaraan yang diangkat kemarin adalah masa muda, mungkin ketiganya tahu kalo saya yang mereka ajak bicara masih tergolong anak muda dan masih mencari format kedewasaan. (untuk masalah yang satu ini, baca:dewasa, saya kesulitan untuk tahu parameter dewasa itu, mungkin selain Pa' Eko Siswoyo yang kemarin nyumbang tulisan, ada lagi penulis lain yang bisa bantu saya heheheeh yang ahli dalm masalah DEWASA), dari ketiganya saya cuma dapetin kesimpulan kalimat beyond himself, melampaui dirinya sendiri di masa mudanya, (pie mas nikko bner ga' artinya? Wkwkakakka)
Pak Karno cerita waktu dia muda dan baru lulus dari THS Bandung (ITB sekarang) ga' seperti temannya-, teman saya sekarang, yang dengan segera ketika lulus mengirimkan puluhan berkas lamaran, atau nongkrong di internet berjam2 bwt ngirim aplikasi mulai dari perusahaan-perusaha an besar sampai PNS.
Pak Karno muda yang tampan dan cerdas sama sekali ga' tergiur masuk untuk menjadi ambtenaar yang mengabdi pada Kolonial Belanda. Ia malah mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI), berjuang memerdekakan negerinya dari belenggu kolonialisme.
Pak Karno juga bilang waktu itu teman-teman seangkatanya juga ga' jauh beda dengan anak gaul jaman sekarang, cuma kalo dulu bermimpi pakai baju safari sekarang baju safari juga, tapi buatan Dolce e Gabbana, Giorgio Armani, atau minimal OUVAL Research-bandunglah (wkakakaka pie kang meidy ???, menjadi pegawai negeri, ambtenaar, yang mengharapkan pensiun dan status sosial di masyarakat.
Perguruan tinggi favorit pada masa itu bukanlah THS di Bandung, ataupun STOVIA (sekolah kedokteran) di Jakarta, melainkan OSVIA (sekolah pamong praja, kini STPDN atau IPDN). Para orang tua mereka yang umumnya priyayi feodal sangat mengharapkan anak-anak mereka dapat meneruskan karier ambtenaar di pemerintahan kolonial. Para priyayi takut anak-anaknya tidak akan dapat hidup layak bila tidak menjadi ambtenaar. Tidak ada ide-ide kemerdekaan di benak mereka, yang ada hanyalah slogan muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga (jadi inget warkop DKI hehe...) Basic Instinc dari spesies Homo Sapiens (Baca: Manusia!) memanglah hidup layak, punya rumah pribadi, mobil pribadi de el el lah.
Pak Hatta juga mengalami hal yang serupa, beberapa kali masuk bui (yang semua orang pada umumnya pasti ga' mau seperti ini) demi tidak menginginkan bangsanya ada dalam belenggu penindasan, kebodohan maupun ekonomi.Soekarno muda, Hatta muda keluar masuk penjara. Dibuang dan diasingkan oleh Belanda. Namun demikian, Belanda tidak dapat “memenjarakan” ide-ide kemerdekaan Soekarno dan Hatta. Bagaikan bola salju, jutaan anak muda Indonesia bersatu di bawah kepemimpinan Soekarno dan Hatta di tahun 1945 yang saat itu berusia 40-an tahun. Belanda tumbang. Di awal kemerdekaannya, Republik Indonesia adalah republiknya anak-anak muda yang tidak segan-segan melakukan revolusi sosial untuk mengikis habis sisa-sisa ambtenaar Belanda. Di “Tiga Daerah”, Brebes, Tegal dan Pemalang. Laskar-laskar, badan perjuangan dan tokoh-tokoh muda menggulingkan para priyayi tua yang tidak mau berpihak pada Republik.
Kemudian Hadratussyaikh Kyai Hasyim Asy'ari, dengan wajah tenangnya beliau yang diwaktu muda terpanggil untuk berbuat mengenalkan Tuhan kepada masyarakat di sekitarnya, dengan menebas hutan, mendirikan pesantren dan membina ummat di sekitarnya, terus mewejangi saya mengutip terus kalimat RasululLah Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain (HR. Bukhari). Mengantarkan saya pada kesimpulan konsep kesalehan sosial dari ketiga tokoh ini.
Saya cuma berpikir mungkin ini yang bisa buat tiga tokoh ini begitu besar dilihat dari karya yang dihasilkan untuk manusia Ketiga tokoh ini berbicara kepada saya mungkin karena saya salah satu figur anak muda yang sama pada umumnya dengan anak muda lainnya, cinta kemewahan, kemapanan, pujian, egois, sedikit kerja, ga' kreatif,tapi mau hasil yang banyak, ga' peduli orang lain susah (indonesia bgt lah....!)
Kembali ke renungan akhir tahun..., yang namanya renungan atau evaluasi, saya sikapi sehabis sowan dengan ke tiga tokoh tersebut.., saya larikan kepada INTERN diri saya pribadi.., saya belum punya cukup kapabilitas untuk Mengevaluasi orang lain.., mungkin kalo saya sudah selevelan dengan Gunawan Muhammad, atau Cak Nun yang memang sudah terbukti istiqamahnya secara sikap, atau paling dekat se levelan dengan Pak Eko Siswoyo salah satu dosen yang saya kagumi yang begitu dewasa mengangkat konsep Long Life Learning, dan dengan sangat-sangat PROFESIONAL melakukan PENYEKATAN pada konsep Long Life Learning, sudah barang tentu saya akan mengevaluasi anda-anda semua...(hehehe)
Bicara learning saya jd ingat Nabi Socrates (400 SM) menekankan tujuan pendidikan pada prinsip-prinsip universal dalam pengajarannya melalui kebenaran, keindahan, dan kebaikan secara umum. Menurut saya ini lah muara dari proses belajar, semuanya bersifat Non Materil, abstrak, (atau istilah kawan-kawan saya Tj's alias Tak jelas angel nek gole'i heheheh), Sulit memang melihat ini, karena sayapun masih melihat dalam dataran materil sebagaimana orang-orang muda sezaman dengan saya, yang menganggap parameter kesuksesan seseorang dalam jenjang pendidikan adalah bagaimana dia bisa cepat dapat bekerja di perusahaan besar dengan gaji menggiurkan, dan tiap malam bisa ke klub-klub malam yang mengukuh kan eksistensi sebagai eksekutif muda.(Padahal kalo mo serius mikir toh mereka di kantor diperintah-perintah juga, apa bedanya dengan sayuti di OB...hehehe) .
(semua tulisan adalah pendapat pribadi bukan atas nama golongan atau organisasi, profesional nih...!!!, kayanya profesionalitas lg jd momok buat dosen sama mahasiswa... heheheh, oia maaf kalau ada kesalahan kalau tiga paragraf pertama tidak mrnggunakan bahasa asing sebagaimana forum-forum yang ada di JTL UII yang saya banggakan... heheheh pie toh nggunn.., ra usah ngancani aku toh...! wkakakakakakaakakak aka)
Diposting oleh Kisah Tak Berujung di 03.37 0 komentar